Pelaksanaan :
Tempat : Rung Kelas masing-masing
Alamat : SMK Wiraswasta Cimahi
Waktu :
07.00 – 07.15 WIB
Penangggung jawab : Guru
yang mengajar Di Jam Peratama
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini dihadapkan pada tantangan intelektual dan teknologi, dimana masyarakat Indonesia dihadapkan pada tantangan kehidupan yang semakin kompleks. Globalisasi dan kemajuan teknologi telah membuat gaya hidup baru dalam bidang informasi, semua budaya asing sangat mudah masuk ke Indonesia dan mempengaruhi gaya hidup para generasi penerus bangsa. Kehidupan bangsa perlu menerapkan pendidikan yang berwawasan yang berkarakter bangsa dengan berlandaskan pancasila sehingga melahirkan generasi yang pancasilais. Globalisasi telah melakukan pergeseran tujuan pendidikan nasional yang tidak lagi hanya untuk mencerdasarkan kehidupan bangsa, tetapi lebih berfokus untuk menghasilakn lulusan yang menguasai scentia. Penguasaan scientia dinilai mengarahkan murid kepada hasil yang bersifat pragmatis dan materialis, karena kurang membekali murid dengan semangat kebangsaan, semangat keadilan sosial, moral luhur dan sifat-sifat kemanusiaan sebagai warga negara (Saksono, 2010:76).
Membendung gaya pendidikan sejenis ini maka perlu konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara diterapkan sebagai solusi terhadap fenomena-fenomena pelaksanaan pendidikan di Indonesia dewasa ini. Ki Hadjar Dewantara mengatakan hendaknya usaha kemajuan ditempuh melalui petunjuk “TRIKON” yaitu Kontinyu dengan alam masyarakat Indonesia sendiri, konvergen dengan alam luar, dan akhirnya bersatu dengan alam universal, dalam persatuan yang konsentris yaitu bersatu namun tetap mempunyai kepribadian sendiri (Dewantara, 1994:371). Pendidikan yang memanusiakan manusia Indonesia harus selaras dan merujuk pada pancasila. Tujuan Nasional Pendidikan Indonesia menginginkan pendidikan yang menghasilkan manusia yang seutuhnya berjiwa pancasila. Sistem pendidikan di Indonesia harus berupaya melahirkan manusia-manusia berkarakter pancasilais, yakni manusia yang mendasarkan seluruh perilaku hidupnya pada nilai-nilai pancasila.
Pendidikan karakter bangsa tidak untuk dipelajari melalui mata pelajaran tertentu atau berdiri sendiri, tetapi pendidikan karakter bangsa tersebut diajarkan oleh seluruh guru mata pelajaran yang diintegrasikan dalam penyampaian pembelajaran oleh seluruh guru mata pelajaran. Penerapan pendidikan karakter biasa diwujudkan melalui program pengembangan diri atau kegiatan ekstrakurikuler, misalnya melalui pembiasaan-pembiaasan dalam kehidupan sehari-hari, serta ketauladanan dari guru dan tenaga kependidikan di sekolah. Pembiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaaan-kebiasaan yang telah ada. Pembiasaan selain menggunakan suri teladan, perintah, kontiniutas, dan pengalaman khusus. Tujuannya agar murid memperoleh sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selajalan dengan kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu juga Pembiasaan melakukan hal yang positif pada murid sebagai generasi penerus bangsa dapat membantu supaya murid menjadi insan yang sopan dan santun baik dalam lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai budaya positif ke dalam diri murid, baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain itu pendekatan pembiasaan juga dinilai sangat efisien dalam mengubah kebiasaan negatif menjadi positif.
Aksi nyata akan dilaksanakan beberapa langkah
diantaranya sebagai berikut :
1. Perencanaan
a. Menyusun rencana program pembiasaan membaca
Al-Quran
b. Menyusun jadwal untuk pelaksanaan pembiasaan
membaca Al-Quran
2. Pelaksanaan
a. Mendiskusikan kesepakatan pelaksanaan
pembiasaan kepada seluruh warga sekolah.
b. Melaksanakan proses pembiasaan membaca
Al-Quran pada setiap hari.
c. Mengirimkan dokumentasi pembiasaan membaca
Al-Quran melalui rekaman suara /Foto
a.
Mengevaluasi hasil pembiasaan membaca Al-Quran pada setiap setiap bulan.
b. Melakukan perbaikan untuk ke selanjutnya.
C. Hasil dari aksi nyata yang dilakukan
Pembiasaan akan membentuk beberapa karakter diantaranya adalah mandiri, rasa ingin tahu, peduli, religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, dan kreatif. Dasar pembentukan karakter itu adalah nilai baik atau buruk. Karakter murid merupakan hasil pengalaman antara nilai baik dalam bentuk energi positif dan nilai tidak baik dalam bentuk energi negatif. Energi positif itu berupa nilai-nilai keagamaan yang bersumber dari keyakinan kepada Tuhan, sedangkan energi negatif itu berupa nilai-nilai yang amoral yang tidak bersumber dari keyakinan. Pembiasaan membaca Al-Quran dilaksanakan setiap hari sebelum pembelajaran di kelas. Karena kondisi pandemi maka pembacaan Al-Quran dilakukan dengan cara merekam kegiatan tersebut kemudian di kirim melalui WA Group Pembiasaan sekolah.
Pembiasaan Al-Quran sudah terjadwal setiap harinya dan ditentukan ayatnya agar pelaksanaannya terarah dalam proses pelaksanaan pembiasaan membaca Al-Quran. Kegiatan pembiasaan membaca Al-Quran ini juga menjadi salah satu progam untuk memperkuat jiwa rohani murid untuk lebih dalam mengenal agama dan kepribadian. Hasil dari kegiatan murid yang dilakukan dibuat jurnal kegiatan pembiasaan dalam sebuah kertas dengan menuliskan nama surat dan ayatnya setiap hari yang ditandatangani oleh orang tua dan guru pembimbing. Hal yang diharapkan adalah murid akan terbiasa dengan membaca Al-Quran setiap hari dan fasih dalam membacanya. Setelah terbiasan dengan membaca Al-Quran maka bisa dilanjutkan dengan menghapal dan memaknai setiap ayat yang dibacanya.
D. Pembelajaran yang Didapat dari Pelaksanaan
Al-Quran telah melakukan proses penting dalam
pendidikan bagi murid sejak diturunkannya wahyu pertama ayat dalam surat
Al-Alaq yang mengajak seluruh umat manusia untuk meraih ilmu pengetahuan
melalui pendidikan membaca yang dikenal dengan “iqro”. Para ahli pendidikan
mengatakan bahwa ketidak berhasilan penanaman karakter sejak dini akan
membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya nanti karena akan
berpengaruh pada pola pikirnya. Murid akan tumbuh menjadi pribadi yang
berkarakter jika dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga secara
lahiriah setiap anak yang dilahirkan memiliki karakter tersendiri dan dapat
berkembang secara optimal. Tujuan di adakannya pembiasaan ini untuk meningkatan
kualitas murid dalam membaca Al-Quran serta dengan di adakannya program ini
semoga bisa membentuk karakter murid yang bukan hanya baik dalam segi kuantitas
namun baik juga dalam segi kualitasnya. Seorang muslim yakin bahwa Allah SWT
pasti akan melipat gandakan pahala bagi orang-orang yang membaca Al-Quran dan
selain itu juga diperintahkan untuk mengetahui, memperhatikan, mengamalkan,
mematuhi adab serta mencurahkan segenap tenaga untuk memuliakan isi
kandungannya.
Pembiasaan membaca Al-Quran di sekolah memiliki nilai efektif dan efisien sebagai langkah pertama untuk berinteraksi dengan Al-Quran sebelum akhirnya memahami maknanya. Oleh karena itu sekolah membuat program pembiasaan dengan menerapkan membaca Al-Quran di pagi hari sebelum jam pembelajaran. Menurut Mulyasa (2016:169) menjelaskan beberapa indikator pembiasaan adalah:
a. Rutin, adalah pembiasaan yang dilakukan secara
terjadwal.
b. Spontan, adalah pembiasaan tidak terjadwal dalam
kejadian khusus
c. Keteladanan, adalah pembiasaan dalam bentuk
perilaku sehari-hari.
Program pembiasaan, murid memiliki manfaat yang dapat melaksanakan berbagai nilai-nilai karakter secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat yang diharapkan dari adanya pembiasaan murid khususnya membaca Al-Quran adalah dimana siswa ketika berinteraksi langsung di masyarakat selalu diharapkan dan didambakan oleh lingkungan disekitarnya. Seperti, menjadi imam di masjid, menjadi qori kegiatan keagamaan bahkan menjadi pengajar bagi adik-adiknya di rumah dan dilingkungan sekitarnya. Contoh perilaku tersebut adalah umpan balik dari sekolah mengadakan sebuah pembiasaan secara rutin yang nantinya secara berangsur-angsur akan menjadi kebiasaan murid.
E. Rencana Perbaikan untuk Pelaksanaan di Masa Mendatang
Demi tercapainya tujuan dari implementasi membaca
alquran, maka program pembiasaan ini memerlukan struktur kepanitian.
ü => Kepala
sekolah sebagai Pembina yang bertugas memberikan dukungan dan dorongan kepada
program pembiasaan agar murid dapat melakukan program pembiasaan.
ü => Guru
agama bertugas sebagai koordinator, mengatur semua proses pelaksanaan sehingga
program ini dapat berjalan dengan baik.
ü => Guru
yang piket akan sebagai pelaksana dalam kegiatan ini untuk mengaktifkan murid
dan mengawasinya dalam kelas maupun di luar kelas.
ü => Guru Pelajaran yang menagajar pada awal pelajaran sebagai pelaksana langsung yang memandu/mengkoodinir pelaksaan pembiassan tilahwah Al-Qur’an tiap hari nya.
Mengetahui, Cimahi Oktober 2022
Kepala Sekolah Wks
Kesiswaan
Drs. H. YOYO SUHARYO Z
A E L A N I, S.ST
NUPTK.0837747649200072 NUPTK. 3153760661200033
Tidak ada komentar:
Posting Komentar